PENGERTIAN AKHLAK
Muhammad Abdullah Darraz dalam karyanya Kalimȃt(un) fi Mabȃdi’i Ilmi al-Akhlȃq [cet. Muassasah Hindawi, 2017] hal. 01)] mengutip sebuah kamus terkait makna akhlak. Bahwa, kata akhlak tersebut dapat diartikan sebagai tabiat dan watak alami manusia (Al-Khuluq huwa at-thab’u wa as-sajiyah).
حقيقة الخُلُق أنه لصورة الإنسان الباطنة - وهي النفس وأوصافها ومعانيها-بمنزلة الخَلْق لصورته الظاهرة
Artinya: “Akhlak secara hakikat diciptakan untuk konstruksi batin manusia, tentang jiwa, pelbagai sifat dan esensi kejiwaan tersebut. Hal ini tak ubahnya bagai tubuh yang diciptakan sebagai konstruksi jasmani mereka.”
Dari sini, pengertian sederhana yang dapat kita ambil, bahwa akhlak adalah semacam 'software' dalam diri manusia. Keberadaannya memang tak kasat mata, namun ia memiliki fungsi yang besar. Akhlak inilah yang berfungsi menggerakkan fisik manusia menjadi sebuah sikap nyata dan tutur kata.
PENGERTIAN ADAB
Ketika akhlak dimaknai sebagai watak dasar manusia, maka adab adalah ekspresi yang lahir dari watak tersebut. Ia hanyalah perangkat lahiriah semata, tidak lebih. Sebab, adab di sini bekerja berdasarkan warna akhlak. Jika akhlak berwarna merah, adab pun bekerja dengan warna merah, dan begitu seterusnya.
Istilah lain dari adab yang disebutkan Abdullah Darraz adalah suluk. Istilah suluk dalam pasal ini tentu berbeda dengan suluk dalam perbincangan para ahli tarekat atau sufi sejati. Suluk dalam pandangan mereka, seperti yang terekam dari kitab Bina’ al-Mujtama’ al-Islamy [cet. Darussyuruq, 1998, hal. 124] karya Nabil as-Samaluthi adalah sebagai berikut;
وهذا ينبغي ألا يشتبه علينا الفرق بين الخُلُق والسلوك. فالخُلُق كما قلنا أمر معنوي وهو صفة النفس وسجيتها. أما السلوك فهو أسلوب الأعمال ونهجها وعادتها، وما هو إلا مظهر الخُلُق ومرآته ودليله
Artinya: “Terkait ini, alangkah baik jika kita memahami perbedaan antara akhlak dan suluk. Seperti penjelasan yang lalu, akhlak adalah perkara abstrak. Ia adalah sifat dan watak alami setiap jiwa. Sedang suluk-dalam pasal ini-adalah corak amal, pijakan dan tata kramanya. Sehingga, suluk hanyalah ekspresi akhlak, yang menjadi cermin dan indikator dari akhlak tersebut.” (Abdullah Darraz, Kalimȃt(un) fi Mabȃdi’i Ilmi al-Akhlȃq [cet. Muassasah Hindawi, 2017], hal. 08)
Dari keterangan di atas, dapat kita tarik beberapa kesimpulan di antaranya, bahwa akhlak bertalian erat dengan jiwa manusia. Sedang adab berkaitan dengan aktivitas fisik. Selain itu, akhlak memiliki karakter yang tak lekang waktu. Ia tak akan mengalami perubahan hingga kapan pun. Sementara adab dapat berubah kapan saja. Maka, hari ini mungkin saja standarisasi adab baik adalah A, dan esok hari bisa jadi berubah